Langsung ke konten utama

Legenda Gunung Gamping Sampung

Gunung gamping, adalah sebuah gunung yang berada di Kecamatan Sampung. Disebut gunung gamping, karena  gunung ini berupa kawasan bebatuan yang dimanfaatkan sebagai tambang untuk dicadikan kapur (gamping).


Fosil Kerang

Gunung gamping letaknya tak jauh dari Gowa Lawa. Sebuah goa yang diperkirakan sebagai hunian manusia purba, dengan bukti adanya sampah dapur selain beberapa alat berburu.

Batu di gunung gamping diolah menjadi kapur, oleh masyarakat sekitar. Sehingga bisa dikatakan mata pencarian masyarakat adalah penambang batu kapur. Dari para penbang itu bamyak cerita bahwa, di kawasan Gunung Gamping, banyak bebatuan yang berasal dari kerang. 

Dari itu juga muncul sebuah mitos, bila batu kapur yang di bakar ada batu fosil kerang, maka pembakaran kapur itupun sulit untuk matang, menjadi kapur.

Entah... Kebenarannya.

Legenda Prabu Baka Dan Gunung Gamping.

Diceritakan bahwa Prabu Baka adalah manusia raksasa yang suka memakan manusia, berubah menjadi siluman, karena menikah dengan Bathari Mamangsari dari Kerajaan Dahana Wengker.

Prabu Baka memiliki beberapa kesaktian, sehingga ia sulit terkalahkan oleh pasukan dari Prabu Airlangga. Bahkan seorang ahli bertapa dari Kediri yang di utus melawan Prabu Baka harus gugur. Hajar Wilis Putra nama pertapa yang gugur di tangan Prabu Raksasa tersebut.

Prabu Baka yang sakti itupun akhirnya bisa dikalahkan melawan Bambang Pajar Prana. Bambang Pajar Prana tak lain adalah Putra Prabu Baka sendiri, hasil perkawinan dengan Ratu lelembut.

Prabu Baka, menjelaskan pada putranya, bahwa ia bisa mati dan menyuruh Pajar Prana untuk memenggal kepalanya dan menguburkan di Gunung Lawu dan gembungnya di kubur di lain tempat.

Nggotho, seorang abdi Bambang Pajar Pran disuruh mengubur kepala Prabu Baka, di Gunung Lawu. Tapi karena Gotho belum tau letak Gunung Lawubsampai tempat yang tinggi ia kubur kepala Prabu Baka. 

Pajar Prana kaget, Nggotho begitu cepat kembali. Maka ia bertanya, Sudah kamu kubur, kepala Prabu Baka?"
"Sampun(g), " begitu jawab Nggotho. Karena Nggotho itu bindeng, kata sampun terdengar sampung. Kemudian tempat dikuburnya kepala Prabu Baka di sebut Sampung.
Sebagai penebusan dosa pada bangsa manusia, maka kepala Prabu Baka menjadi Gunung Gamping yang bisa diolah dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Saya memiliki cerita tersendiri tentang Gunung di Sampung ini, yang saya jadikan Geguritan, kemudian di gubah dalam sebuah lagu. Silahkan di simak.


https://youtu.be/7Woch0E-18Y

Di tulis : Kang Jenggo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Babad Maguwan

Maguwan adalah sebuah Desa yang ada di wilayah Kecamatan Sambit. Menurut Buku Sejarah Desa Desa di Ponorogo, dalam Tulisan tangan nama Desa Maguwan berasal dari kata Maguwo. Maguwo adalah salah satu dari yang cikal bakal Desa Maguwan. Konon saat wilayah tersebut masih hutan lebat, yang berani babad awal adalah 2 orang. Yakni Kyai Maguwo yang berasal dari Ngayogyakarto dan Kyai Wongso Sentiko dari Magelang. Kedua sahabat babad bersama di wilayah hutan tersebut, bersama dengan para sedulur yang nunggal keinginan untuk babad wilayah. Sebelum lokasi babadan bisa di tempati, keduanya kadang beristrihat di sebuah tempat tinggi atau bukit yang bernama Ngatas Angin. Saat itu, hutan yang di babadi mereka adalah hutan yang angker, penuh dihuni oleh mahkluk jin dan bekasakan. Sayang, sangat disayangkan ditengah babad hutan belum usai, Kyai Maguwo  jatuh sakit. Beberepa ramuan jamu telah diusahakan oleh para sedulur sedulurnya yang juga menjalani babad. Namun tak juga sembuh. Bah...