"Sekuat Tenaga Surya Ngalam berlari menghindari kejaran dari para petinggi Kadipaten Ponorogo. Dia melewati sebuah Gunung. Jimat yang dijadikan pusaka Surya Ngalam jatuh semua sehingga hilang kekuatannya. Lalu dia melanjutkan pelarian hingga kesebuah Gunung. Di Gunung tersebut ada sebuah sumber mata air yang berbau anyir.
Surya Ngalam telah tak nampak. Maka Adipati dan Para Senopati Ponorogo memperkirakan Surya Ngalam tercebur ke Belik tersebut hingga berbau anyir (bau bangkai). Kemudian diwartakan Surya Ngalam telah mati," demikian barangkali narasi yang tepat untuk menceritakan keberadaan Belik Bacin di Gunung Bacin, Desa Bancangan Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo.
Kalau kita bisa mencerna keberadaan dua Gunung, yakni Gunung Jimat di Desa Campurejo, dan Gunung Bacin di Desa Bancangan ini, kita akan bisa mengambil sebuah makna yang tersembunyi. Dan tentunya kita bisa menemukan kisah lain, dari analisa moksanya Ki Ageng Kutu atau Demang Surya Ngalam. Saya sendiri tidak memakai patokan 2 Ki Ageng Kutu Wetan yang Hindu dan Kutu Kulon yang Islam, dengan nama Islamnya, karena literasi saya yang sangat minim. Meskipun tidak memakai 2 nama karena ada 2 orang Ki Ageng Kutu, saya bukan berarti tidak menyetujui Dua Ki Ageng Kutu, tapi kebodohan dan keminiman literasi yang saya pengang saja.
Moksa adalah ajaran yang ada pada Kerohaian Hindu, pada waktu itu. Maka Ki Ageng Kutu yang diyakini masyarakat, molsa di Belik Bacin. Karena Ki Ageng Kutu atau Surya Ngalam merupakan penganut kuat ajara Hindu karena dia adalah Prajurit atau senopati andalan dari Majapahit.
Bisa jadi, penceritaan tentang perkelahian Bathara Katong dengan Ki Ageng Kutu adalah sebuah penggambaran kisah yang di sanepakan. Sebab penyebaran ajaran ada pula yang sekedar di ibaratkan atau disanepkan agar orang khusus yang bisa mahami.
1. Gede Kutu Surya Ngalam di Kejar Petinggi Ponorogo
Kalimat ini, bisa jadi sebuah sanepan bahwa Demang Kutu sudah dikejar wakru, untuk bisa mesu budi mbanting raga atau ngapana ing raga, mawas terhadap dirinya dengan laku tapa brata. Karena untuk mencapai titik kulminasi Pana terhadap Raga, adalah sebuah totalitas kerelaan untuk meninggalkan apa saja.
2. Runtuhnya Jimat Surya Ngalam
Bukan berarti Jimat Surya Ngalam, jatuh karena kecerobohan Demang Kutu. Demang Kutu adalah Prajurit yang peng pengan. Sangat tidak mungkin dia ketakutan menghadapi orang orang Ponorogo.
Bisa jadi, Surya Ngalam di Gunung Jimat menanggalkan Jimatnya, melepas semua kesaktuan dan kebutuhan dunia, guna menuju alam selanjutnya yang lebih baik (moksa).
3. Gunung Bacin Belik Bacin
Banyak para penganut kejawen, yang mengatakan Gunung Bacin, sebetulnya adalah Gunung Batin. Yang menggambarkan, bahwa Pada saat itu Surya Ngalam sedang gundah perang batin. Karena kecintaan terhadap generasinya (anak anaknya).
Dalam menuju moksa itulah Surya Ngalam membangun diri merelakan melepas apa saja yang dicintai di dunia. Sehingga ia rela jasa jasanya terhadap Wengker, terhadap Majapahit tak ingin dikenang. Baunya yang harum biarkanlah, lebih memilih dikatakan kejelekannya (bacin), sehingga memudahkan dirinya menembus alam moksa.
Di Tulis : Kang Jenggo
Komentar
Posting Komentar