Dari Kajian Kita, Peradaban Kebudayaan di Ponorogo, terbagi dalam 5 Pengaruh Peradaban besar di Nusantara. Pembagian ini kita lakukan sekedar sebagai sarana untuk mempermudah pengkajian saja.
1. Peradaban Pra Aksara, dengan kebudayaan berburu.
Peradaban ini bisa kita lihat dari keberadaan Gowa Lawa di Sampung. Di Gowa Lawa Sampung pernah di adakan penggalian dan Pengkajian oleh para ahli, yang ditemukan benda benda yang diperkirakan sebagai alat berburu.
Namun kita tetap setuju, bahwa keberadaan kehidupan masa Pra Aksara (Purba) tidak hanya di Sampung. Tapi bisa jadi di tempat lain, namun belum pernah mengalami pengkajian.
2. Peradaban Mataram Kuno dan Sistem Pendidikan.
Mataram Kuno, pernah memberikan Shima (Bumi Perdikan) pada masyarakat Taji. Karena di sana didirikan sebuah Lembaga Pendidikan Agama di masa itu. Dengan nama Kebhikuan Dewa Saba.
Hal ini bisa kita buktikan dengan adanya Penemuan Prasasti Taji, di Gelang Lor Sukorejo. Prasasti yang berupa Lempengan Logam ini ditemukan di Pinggir Sungai yang kini tersimpan di Musium Nasional.
3. Peradaban Majapahit
Kebudayaan Majapahit banyak yang berkembang di Ponorogo, saat masih bernama Wengker. Hal ini tentu terjadi, Sebab Wengker adalah "Negeri Bagian" dari Majapahit.
Dalam Serat Negarakertagama, Kerajaan Wengker didirikan oleh Kudamerta. Yang kemudian menjadi Mertua dari Hayam Wuruk setelah menikah dengan Paduka Sori.
Adanya Lingga Yoni, dan nentuk peninggalan masa Syiwa Buda banyak tercecer di Ponorogo.
4. Peradaban Demak
Kasultanan Demak berdiri setelah runtuhnya Majapahit. Meski belum bisa dipastikan, apakah berdirinya Kasultanan Demak, merupakan antitesa dari Kerajaan Majapahit. Namun Budaya Demak sangat berpengaruh terhadap kebudayaan di Ponorogo.
Bahkan dalam Babad Ponorogo, kedatangan Bathara Katong adalah perintah dari Kasultanan Demak.
Hingga saat ini Kebudayaan Demak sangat berpengaruh, seperti adanya Wayang Kulit dengan gagrak Pakem Demak, masih tetap beredar dan mempengaruhi pemikiran wong Ponorogo.
5. Peradaban Mataram Islam
Mataram Islam berdiri, setelah runtuhnya Pajang. Mataram Islam disebut demikian agar bisa membedakan dengan keberadaan Mataram Kuno.
Mataram Islam didirikan oleh Danang Sutowijoyo atau Panembahan Senopati.
Kekuasaan dan perkembangan Mataram tentu sebagai pelanjut adanya Budaya Islam Demak. Maka pada masa Mataram Islam berpengaruh terhadap perkembangan Budaya di Ponorogo. Pola pola pemikiran Islam "Jawa" sangat berkembang bagi masyarakat Ponorogo. Bahkan kita tahu bahwa, Raden Mas Jolang memperistri perempuan cantik Ponorogo, yakni Putri Tulung Ayu dari Sampung.
Penanda kuat adanya Kebudayaan Mataram Islam dan setelahnya adalah Keberadaan Pesantren Tegal Sari. Meski Pesantren ini berdiri setelah runtuhnya Mataram Islam. Tapi Kebudayaan Mataram Islam di sangga oleh 2 wilayah Kraton, yakni Ngayogyakarta dan Surakarta.
Komentar
Posting Komentar