Langsung ke konten utama

Babad Kauman Sumoroto

Alih Bahasa Dan Di Gubah : Kang Jenggo

Kyai Mukarom
Di ceritakan,  Bupati Kabuoaten Blora saat itu masih menjadi Pengantin baru.  Tetapi sudah beberapa waktu,  istri dari Bupati Blora,  belum mau untuk ikut di rumah Bupati.  Akhirnya Bupati utusan pada Punggawa,  untuk mencari di mana ada orang tua,  yang sakti dan mumpuni.  Yang bisa menyatukan antara Bupati Blora dan istrinya.  

Dari para Punggawa,  akhirnya Bupati mengetahui,  bahwa ada orang tua yang sakti dan mengerti, yang bernama Kyai Mukarom.  Mendengar laporan dari Punggawa,  Kyai Mukarom yang sakti mandraguna,  terlebih memiliki wawasan dan pengerten yang cukup. Punggawa tersebut di suruh untuk manggil Kyai Mukarom. 

Punggawa tetsebut pun,  segeraenuju rumah Kyai Mukarom.  Kebetulan sekali,  saat itu Kyai Mukarom sedang di rumah.  Padahal biasanya,  Kyai Mukarom sejak matahari terbit sudah menuju pada ladang dan persawahan yang tidak jauh dari rumahnya. 

Punggawa utusan dari Bupati Blora,  itu menceritakan pada Kyai Mukarom,  bahwa dirinya di utus untuk memanggil Kyai,  agar sowan ke Kabupaten Blora.  Kyai Mukarom yang merasa dirinya hanya kawula,  di panggil Bupati,  ia langsung berangkat menuju Kabupaten bersama punggawa tersebut. 

Tidak diceritakan,  bagaimana perjalanan Kyai Mukarom menuju Kabupaten Blora.  Singkat Cerita,  Kyai Mukarom telah sampai,  pada pendapa Kabupaten. Tak lam Kanjeng Bupati Blora menemui kehadiranya. 

"Benarkah Panjennengan yang bernama Kyai Mukarom? " Bupati Blora bertanya pada Kyai Mukarom. 

"Demikian,  Kanjeng Bupati.  Saya adalah Kyai Mukarom,' Kyai Mukarom menjawab sambil menyembah hormat pada Kanjeng Bupati. 

Setelah berbagi keselamatan,  Kanjeng Bupati Blora menyatakan maksud dan tujuannya memanggil Kyai Mukarom.  Yaitu berkeinginan untuk menyatukan kekeluargaannya.  Supaya istrinya mau mengikuti dirinya dalam berumah tangga. 

"Sebab sejak menjadi Penganten sampai ini kali,  Istri saya tidak mau ngeladeni saya, " demikian pernyataan Bupati Blora. 

Setelah mendengarkan cerita,  dari Bupati Blora,  Kyai Mukarom akhirnya menyanggupi keinginan dan kemauan Kanjeng Bupati. 

Waktu yang dianggap tepat oleh Kyai Mukarom,  atas ijin dari Kanjeng Bupati ia masuk pada rumah Kabupaten.  Kemudian ia memejamkan matanya, bibirnya komat kamit membaca mantra. 

Aneh,  tak lama muncul Harimau besar,  di rumah Bupati Blora.  Kemuadian masuk le ruangan istri Bupati Blora.  Harapan Kyai Mukarom,  dengam istri Bupati melihat Harimau tersebut,  ia akan mendekat dan mau meladeni Kanjeng Bupati. 

Melihat Harimau yang besar masuk keruangannya,  istri Bupati Blora,  kaget bulan kepalang.  Ia menjerit histeris kemudian berlari keluar kamar.  Kemudian ia menubruk merangkul Kyai Mukarom. 

Melihat hal yang demikian,  Kanjeng Bupati Blora,  tentu saja muncul rasa cemburu dan curiga pada Kyai Mukarom.  Kanjeng Bupati mengira,  bahwa Kyai Mukarom berkeinginan mencintai istri Bupati Blora tersebut. 

****

Kehendak Tuhan memang kadang berbeda dengan keinginan kita,  begitu kira kira kata yang tepat untuk menyimpulkan Kejadian Kyai Mukarom dan Bupati Blora.  Sebab kasih sayang Tuhan pada hambaNya yang begitu luas,  sulit untuk di tebak.  Dan Hamba yang selalu mengedepankan rasa berserah diri,  tentu hanya ikut pada jalannya Cinta dari Sang Maha Cinta.  
*****

Kyai Mukarom merasa bahwa dirinya dianggap dosa pada Bupati Blora,  maka ia pun meninggalkan tempatnya di Blora.  Ia berjalan pada arah tak menentu.  Yang ada pada diri Kyai Mukarom adalah rasa bersalah. 

"Dhuh,  Gusti Allah,  rahasia apa lagi yang akan kau berikan kepada hamba ini, " demikian ungkap batin Kyai Mukarom. 

Waktu terus berjalan pada perputarannya.  Hari telah berganti hari,  yang terus berjalan pada putarannya menuju minggu.  Minggu tak terasa berjalan pada bulan.  

Perjalanan Kyai Mukarom,  telah tiba pada wilayah barat Gunung Wilis.  Ia merasa pada lokasi tersebut telah jauh dari Kabupaten Blora.  Dan tak mungkin Kanjeng Bupati dan Punggawanya mengerti keberadaanya. 

Ia mulai membuka lahan pertanian sebagai sarana untuk mempertahankan hidup.  Setelah membuka lahan pertanian,  ia membuat gubuk untuk tempat berteduhnya dari panas dan hujan.  Di situ Kyai Mukarom memulai hidup barunya.  Batinya merasa mendapatkan cahaya,  dengan hidup baru tersebut.  

Namun setelah beberapa waktu, batinyya kemudian muncul kekhawatiran,  atau samat samar.  Kalau - kalau nanti Kanjeng Bupati Blora,  mendengar keberadaannya.  Sebab,  orang yang dianggap salah,  oleh Bupati tentunya akan di jatuhi hukuman. 

Setelah beberapa waktu rasa khawatir atau sanar-samarnya tidak hilang,  ia pun berjalan menuju tempat lain sebagai tempat tinggalnya. Yaitu pada wilayah yang kini bernama Kauman.  
Di situ kemuadian ia menetap.  Sedangkan pada wilayah yang ia babad menjadi pemukiman dan ladangbpertanian yang ditinggalkannya,  di beri nama Dukuh Damar.  Karena hatinya penuh samar. 

****

Tempat Kyai Mukarom di berinnama Kauman,  sebab di situ tempatnya Kaum Ulama dan ahli Agama.  Di wilayah tersebut,  juga berdiri sebuah Masjid,  yang didirikan oleh R.  Tumenggung Sumo Negoro,  pada tahun 1823. Sedangkan yang menjadi Kyai pertama di Masjid tersebut adalah Kyai Mukarom.  

Beberapa nama Kepala Desa dari Buku Sejarah Desa - Desa di Ponorogo :
1 . Mbah Tjokro
2 . Mbah Joyonadi. 
3 . Kyai Pontjodrono (sejak Th. 1913)
4 . Murmoredjo. 
5 . Kyai Pontjo Lelono
6 . Badikoen. 
7 . Margo alias Mangun astro
8 . Djoyo Kromo-Rimin
9 . Saman th 1946
10. Kusnandar
11. Gunung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Babad Maguwan

Maguwan adalah sebuah Desa yang ada di wilayah Kecamatan Sambit. Menurut Buku Sejarah Desa Desa di Ponorogo, dalam Tulisan tangan nama Desa Maguwan berasal dari kata Maguwo. Maguwo adalah salah satu dari yang cikal bakal Desa Maguwan. Konon saat wilayah tersebut masih hutan lebat, yang berani babad awal adalah 2 orang. Yakni Kyai Maguwo yang berasal dari Ngayogyakarto dan Kyai Wongso Sentiko dari Magelang. Kedua sahabat babad bersama di wilayah hutan tersebut, bersama dengan para sedulur yang nunggal keinginan untuk babad wilayah. Sebelum lokasi babadan bisa di tempati, keduanya kadang beristrihat di sebuah tempat tinggi atau bukit yang bernama Ngatas Angin. Saat itu, hutan yang di babadi mereka adalah hutan yang angker, penuh dihuni oleh mahkluk jin dan bekasakan. Sayang, sangat disayangkan ditengah babad hutan belum usai, Kyai Maguwo  jatuh sakit. Beberepa ramuan jamu telah diusahakan oleh para sedulur sedulurnya yang juga menjalani babad. Namun tak juga sembuh. Bah...